Selasa, 23 September 2008

Belajar dari sebuah kisah....

Langit malam terlihat cerah dengan bintang-bintang bertaburan. Semilir angin yang lembut tak pernah membuat ia mengantuk. Wah....pasti tidak. Ini kan jam kerja (“,). Jala sudah di tebarkan. Bersama rekan-rekannya yang tidak pernah mengecap bangku sekolah, ia sudah sangat lama menekuni karir nelayannya. Memang mereka pernah duduk bersama berkelakar tentang masa depan. Tapi, apa yang dapat dimimpikan di masa yang sulit ini? Paling-paling menangkap lebih banyak ikan, dan berharap petugas pajak tidak memeras mereka. Ia bukan siapa-siapa.Bahkan kosakata yang sopanpun, ia tidak punya. Ia tidak terpelajar. Apalagi punya pengetahuan tentang Allah.

Segalanya jadi berubah seperti mimpi ketika ia berjalan disisi Yesus menyaksikan mujizat-mujizat terbesar sepanjang abad. Tentunya pengalaman berjalan diatas air tidak akan pernah dia lupakan. Ia tersanjung bisa mendampingi Raja orang Yahudi. Ia tidak beranjak ketika orang lain mulai mengundurkan diri. Dari yang tadinya polos, iapun mulai punya mimpi yang besar. Mungkin sudah waktunya Israel bebas dari penjajahan Romawi.

Namun impiannya hancur, bersamaan dengan tersalibnya Raja orang yahudi yang begitu dikaguminya. Tapi itu bukan kegagalan terbesar. Yang paling buruk adalah ketika ia tak dapat membuktikan kesetiaannya pada Guru yang sangat dikasihinya itu. Ia tak dapat memaafkan dirinya setelah menyangkal Yesus dihadapan seorang hamba perempuan. Ia kecewa. Ia gagal. Ia takut. Tuduhan dan penyesalan bercampur aduk. Semua sudah berakhir. Bila ada yang berbicara tentang kehilangan harapan, Ia tahu rasanya. Bila ada yang bertanya tentang bagaimana rasanya putus asa, Ia dapat menjawabnya.

Lalu, kejadian selanjutnya benar-benar di luar dugaan. Ya, Yesus bangkit!!. Semua tercengang. Semua terkejut. Ia juga. Tapi ia telah gagal. Ia telah mengecewakan Sang Guru yang dikaguminya. Cukup sudah..... Kembali dia mengambil jalanya, menarik perahunya dan berbalik ke kehidupan lamanya.

Namun Tuhan tidak membiarkan Petrus mengambil pilihan bodoh. Kunjungan-Nya kali ini adalah untuk Petrus. Untuk mengatakan kalau Petrus masih diberi kesempatan. Jauh di dalam diri nelayan sederhana yang kasar, yang sedang bergumul hebat dengan rasa tertuduh, tersimpan potensi seorang Penjala manusia. Jala pertamanya menampung 3000 jiwa lebih. Dibalik kepolosan seorang yang tidak terpelajar, ia calon pengkotbah yang penuh kuasa. Dalam ketidakmampuan Petrus, perjanjian abadi masih berlaku.

“Di atas batu karang ini, Aku akan mendirikan jemaat-Ku”

Sahabat, semua orang pernah gagal. Petrus pernah. Saya juga. Mungkin juga anda. Tapi Kristus tidak rela membiarkan anda mengambil pilihan bodoh. Bangkitlah..Ia masih mempercayai anda.
Zia yooo!!!

Tidak ada komentar: